Jumat, 03 Agustus 2012

Metode Berpikir Marhaenis

METODE BERPIKIR MARHAENIS

PENDAHULUAN
Terdorong rasa tanggung jawab terhadap penderitaan yang kita alami
bersama, penderitaan bangsa, dan negara kita, ingin kami mengajukan
suatu bahan studi buat kita semua. Suatu bahan studi untuk menyatukan
gerak langkah perjuangan kita keluar dari segenap penderitaan dan
ancaman lahir-batin. Sebenarnya bahan ini bukanlah suatu bahan baru,
akan tetapi kami sekedar menyusun kembali ajaran–ajaran perjuangan
Marhaenisme dalam bentuk yang kami sesuaikan dengan perkembangan
dan tantangan yang kita hadapi pada tahap perjuangan menghadapi
Neo–Imperialisme dan Neo–Kolonialisme, yaitu Kolonialisme
Imperialisme dalam bentuk-bentuknya yang baru. Kolonialisme
Imperialisme yang dijalankan dengan menggunakan tangan-tangannya
berupa bangsa sendiri.
Memang Nekolim adalah suatu bentuk penjajahan yang baru
dikenal oleh rakyat kita, oleh karena itu pada tahap-tahap pertama sangat
membingungkan rakyat kita sehingga kita tidak tahu siapa sebenarnya
yang seharusnya menjadi kawan kita dan siapa yang seharusnya menjadi
lawan kita. Kebingungan yang cukup mengorat-arit barisan progresive
revolusioner. Terutama cukup dapat membuat keblingernya orang-orang
yang kurang teguh imannya namun toh demikian hal itu tak akan
bertahan lama. Dalam waktu yang relatif pendek dalam ukuran revolusi,
rakyat kita sudah cukup terdidik oleh pengalaman menghadapi





kolonialisme imperialisme dengan subversi dan infiltrasinya, maka
dengan segera rakyat kita sudah sadar sebenarnya siapa yang dihadapi.
Melihat pengalaman-pengalaman pahit yang telah lalu, maka kami
merasa bahwa porak porandanya barisan kita dilanda oleh subversi
infiltrasi nekolim dan pengkhianatan PKI, terutama karena kurangnya
keseragaman cara berpikir, kurang seragamnya metode berpikir anggotaanggota
barisan kita. Sehingga masing-masing mengambil tafsiran
sendiri-sendiri. Masing-masing mengambil kesimpulan sendiri-sendiri,
masing-masing menentukan sikap sendiri-sendiri yang bersimpang siur
saling berhantaman bersama kawan. Lupa pada lawan bersama. Oleh
karena itu dengan ini kami harapkan adanya kesatuan tafsir ideologi.
Kesatuan tafsir ideologi berarti kesatuan landasan, kesatuan tujuan dan
kesatuan langkah. Masing-masing individu dan masing–masing
kelompok dalam barisan kita dapat mengembangkan kreasi-kreasinya,
tidak dogmatis dalam menghadapi persoalan-persoalan perjuangan.
Masing–masing berkreasi menuju satu sasaran bersama dalam derap
langkah yang harmonis. Dan dapat menilai keadaan secara obyektif,
siapa benar siapa salah. Sehingga tidak lagi terjadi penilaian orang-orang
secara like dan dislike, suka atau tidak suka pada orangnya, akan tetapi
kita nilai person-person itu dengan norma norma garis perjuangan dalam
setiap tahap-tahap perjuangan.
Jadi metode berpikir MARHAENIS pada pokoknya untuk :
1. Menyatukan tafsir ideologi.
2. Menghilangkan cara-cara dogmatis.
3. Menimbulkan kreasi-kreasi gerakan dengan satu tujuan dan satu
langkah.





Semoga bahan-bahan ini berguna dalam memberikan andil buat
Revolusi Pancasila.
BAB I
A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CARA BERPIKIR
SESEORANG
Di jaman perburuan, pertanian dan peternakan yaitu di jaman
manusia-manusia purba yang sangat primitif, manusia hanya dapat
berpikir secara PRAGMATIS IDEALIS. Pragmatis yaitu berpikir secara
sepotong–sepotong, mereka tidak dapat melihat secara luas, tidak dapat
membuat rencana hidupnya secara panjang. Idealis karena mereka palingpaling
hanya dapat berangan-angan, segala sesuatu diangan-angankan
seperti halnya mereka mengangan- angankan datangnya musim panas.
Dengan idealisnya mereka menyembah berhala untuk mendatangkan
hujan. Cara berpikir pragmatis adalah cara berpikir yang paling primitif,
agak maju sedikit yaitu cara berpikir idealis.
Sesudah manusia mengenal alat-alat, lebih maju lagi manusia mengenal
membuat kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan kerajinan tangan, maka
pada saat itu cara berpikir manusia juga mengalami kemajuan. Timbullah
cara berpikir REALIS, manusia sudah dapat melihat kenyataan-kenyataan
secara lebih obyektif, akal manusia berkembang maju.
Kemajuan akal, meningkatnya intelegentis juga mempengaruhi cara
berpikir seseorang. Cara berpikir anak-anak lain dengan orang dewasa,
cara berpikir anak sekolah dasar lain dengan anak-anak sekolah pertama.
Di samping memang ada perbedaan yang disebabkan karena perbedaanM.
FAJRIN, SH




perbedaan kecerdasan seseorang, pada pokoknya perbedaan tingkat
intelegensia.
Seseorang berpikir tentulah juga ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan
atau lingkungan hidupnya. Seorang pegawai negeri yang biasa dengan
cara-cara formal, birokratis tentulah lain dengan pikiran seorang pedagang
yang menilai segala sesuatu dengan keuntungan pribadi, dengan laba-rugi.
Lain pula dengan pikiran seorang yuris yang segala sesuatu ditarik ke
landasan-landasan hukum formal. Lain pula dengan pikiran guru, pikiran
buruh pabrik, pikiran polisi dan lain-lainnya lagi.
Di samping itu semua orang mestinya berpikir menurut kepentingannya,
berpikir menurut VESTEDnya. Seorang majikan yang bermodal tentulah
memikirkan untuk mendapatkan keuntungan bagi modalnya sebesarbesarnya.
Sebaliknya seorang buruh yang bekerja pada majikan itu
tentulah menginginkan untuk mendapatkan upah yang setinggi-tingginya.
Kaum imperialis kapitalis ingin agar barang-barang produksinya laku di
Indonesia sedang rakyat Indonesia ingin membuat barang kebutuhannya
sendiri.
Orang Komunis lain dengan orang Pancasilais, lain pula dengan kaum
reaksioner kanan. Jadi falsafah hidup seseorang tentu juga mempengaruhi
cara orang berpikir. Sehingga dapat kita simpulkan cara berpikir seseorang
dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1. Caranya orang berproduksi, caranya mencari makan.
2. Tingkat intelegentia, tingkat kecerdasannya.
3. Pengalaman hidupnya, lingkungan hidupnya atau kebiasaankebiasaannya.





4. Kepentingan atau vestednya, sehingga orang mesti memihak
kepada kepentingannya.
5. Falsafah atau pandangan hidupnya.
Berdasarkan factor-faktor tersebut kita dapat mulai menilai dan
mengerti serta dapat memahami tindakan-tindakan seseorang, mengapa
dia begitu mengapa dia begini. Demikian pula kita yang mengetahui hal
itu mesti juga terpengaruh oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu
sangat penting buat pejuang-pejuang rakyat atau orang-orang yang
menempatkan dirinya sebagai pembela rakyat harus secara tegas-tegas
meletakkan dirinya berada di mana, sehingga vested kita yang bersifat
negatif dapat TERELIMINIR atau diintegrasikan dengan kepentingan
rakyat.
B. PERKEMBANGAN CARA BERPIKIR
Di jaman purbakala manusia–manusia primitif berpikir secara
pragmatis, agak maju sedikit orang berpikir secara idealis atau IDEALIS
PRAGMATIS, kemudian dalam tingkat yang lebih maju orang berpikir
secara realis yaitu sudah dapat melihat secara obyektif. Kemudian cara
berpikir realis ini berkembang menjadi dua aliran, REALIS PRAGMATIS
dan REALIS DIALEKTIS.
Pandangan realis pragmatis sekarang menjadi populer dengan istilah
“realistis pragmatis praktis”. Cara berpikir ini memang sudah dapat
melihat kenyataan-kenyataan secara obyektif tetapi belum atau tidak
menghubungkan dengan sebab-sebabnya. Tidak dapat melihat hubungan
antara persoalan satu dengan persoalan yang lain. Dianggapnya bahwa
masing-masing pesoalan kehidupan itu tidak ada saling hubungannya, dan





dapat diselesaikan secara sepotong-sepotong. Cara sepotong-sepotong
yang kelihatannya memang sangat praktis. Mereka itu tahu bahwa rakyat
butuh makan, maka secara praktis penyelesaiannya adalah impor
makanan, tanpa dipikir bahwa untuk impor itu kita harus memikul hutang
dengan bunga yang tinggi. Agak maju sedikit mereka maunya menaikkan
produksi beras, tanpa dipikirkan bahwa produksi beras di Sulawesi
dilempar ke Singapura dan kembali lagi ke Jakarta sebagai beras impor.
Mereka ini tidak mau melihat adanya saling hubungan antara pengiriman
missi zending dari Amerika di Irian Jaya dan penanaman modal Amerika
dalam proyek tembaga di sana sebenarnya berhubungan erat dengan
rencana plebisit tahun 1969. Mereka tidak mau tahu bahwa perang
Vietnam ada hubungannya dengan keinginan Amerika untuk
mempertahankan life-line-nya dan khususnya keuntungan-keuntungan
Amerika dengan menguasai Asia Tenggara. Mereka tidak mau tahu bahwa
banjirnya kebudayaan-kebudayaan amoral sekarang ini ada hubungannya
dengan usaha-usaha perluasan pasaran bagi hasil-hasil industri seperti:
plat-plat, tape recorder, film-film, obat-obatan, ganja dan lain-lain. Yang
banyak memberikan keuntungan pada kapitalis-kapitalis asing. Ditambah
lagi hancurnya unsur patriotisme dari orang-orang yang sudah terbius oleh
kebudayaan-kebudayaan amoral itu dan lain-lain.
Pandangan realis dialektis selalu melihat dan mencari hubungan
antara persoalan-persoalan yang ada, sehingga dapat mengetahui sebab
musababnya sesuatu keadaan atau kejadian sampai mengetahui sebabsebab
pokoknya. Realis dialektis terbagi menjadi dua yaitu: REALIS
DIALEKTIS UTOPIS dan REALIS DIALEKTIS REVOLUSIONER. Sesudah
mengetahui sebab-sebabnya suatu keadaan atau suatu persoalan, maka





dialektis utopis tidak tahu bagaimana cara penyelesaiannya. Tidak tahu
bagaimana merombaknya. Sehingga hanya mengharap-harap adanya
perombakan secara angan-angan, tanpa usaha. Sebaliknya revolusioner
sekaligus mengetahui dan melaksanakan adanya perombakan, berusaha
secara aktif dan rasionil mengadakan perombakan-perombakan.
Dengan demikian seorang MARHAENIS cara berpikirnya adalah:
“REALISTIS DIALEKTIS REVOLUSIONER DAN MEMIHAK
RAKYAT“.
Skema perkembangan metode berpikir:
REALIS
PRAGMATIS
PRAGMATIS PRAGMATIS IDEALIS REALIS
REALIS
DIALEKTIS
UTOPIS
REVOLUSIONER





BAB II
METODE BERPIKIR MARHAENIS
Metode ini sebenarnya memang sudah ada dan sudah merupakan
kenyataan- kenyataan yang ada dan berkembang di alam maupun di dalam
masyarakat. Hanya saja perlu adanya formulasi-formulasi atau sistematika,
sehingga dapat dimengerti secara mudah dan dapat dipelajari secara ilmiah.
Seperti halnya Hukum Newton menemukan dan merumuskan adanya gravitasi
atau daya tarik bumi, sebenarnya sebelum Newton menemukan, gravitasi itu
sebenarnya sudah ada dan sudah berlaku, hanya Newton-lah yang menemukan
dalam formulasinya. Demikian juga hukum-hukum Pascal, Hukum Boisbalot
dan lain hukum-hukum dalam ilmu alam dan ilmu pasti. Demikian juga metode
berpikir MARHAENIS ini sebenarnya juga sudah ada, sudah berkembang dan
sudah menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia akan tetapi BUNG KARNO-lah
yang menggali dan memberikan perumusan-perumusannya atau memberikan
formulasi-formulasinya dalam bentuk PANCASILA seperti yang kita kenal itu.
Sesuai dengan kodrat dan wataknya seorang MARHAENIS adalah
pembela rakyat, maka adalah wajar kalau metode berpikir seorang Marhaenis itu
pastilah memihak pada rakyat seperti kewajarannya seorang kapitalis pastilah
memihak pada modalnya. Demikian juga adalah wajar kalau seorang yang biasa
mendapatkan komisi yang sebesar-besarnya. Apapun juga yang dipikirkan
seorang Marhaenis adalah bagaimana caranya agar rakyat di pihak yang
menang.
Berdasarkan pada itikad memihak pada rakyat ini, kaum Marhaenis
berpikir secara: REALISTIS DIALEKTIS DAN REVOLUSIONER.





A. REALISTIS
Realistis di sini yang dimaksud adalah: melihat, berpikir dan bersikap
kepada segala sesuatu apabila hal itu memenuhi sebagai:
KENYATAAN YANG BENAR DAN KEBENARAN YANG NYATA
Untuk dapat dimengerti secara jelas, baiklah kita sebutkan beberapa
contoh.
“Belanda berjanji bahwa selambat-lambatnya tahun 1951 Irian Barat
diserahkan kepada kekuasaan kita“. Apakah ini nyata? Memang ini nyata,
ini sebagai suatu kenyataan tapi ini tidak benar. Benar Belanda berjanji
tetapi isi janji itu tidak nyata.
Demikian pula dapat diuraikan beberapa contoh yang lain. “Kongres
Persatuan dan Kesatuan PNI di Bandung memutuskan bahwa pertengahan
tahun 1967 harus ada kongres PNI. Sidang keempat MPRS memutuskan
bahwa pertengahan tahun 1968 harus sudah dilaksanakan Pemilihan
Umum“. Sidang negara-negara kreditor di Tokyo menyatakan akan
memberi kredit kepada Indonesia sejumlah 325 juta US dolar. Dan lain-lain.
Dan lain-lain. Semuanya tidak realistis.
Kita mengakui adanya Tuhan sebagai suatu kebenaran yang nyata dan
kenyataan yang benar. Akan tetapi kaum Komunis tidak mengakui adanya
Tuhan karena dianggapnya tidak nyata, kenyataan bagi kaum Komunis
hanyalah segala sesuatu yang bisa ditangkap oleh panca indera. Sedang
kita kecuali itu dapat pula sesuatu yang dapat kita buktikan adanya
kenyataaan dengan akal dan pikiran.
Kaum Komunis mengatakan bahwa untuk menggerakkan rakyat haruslah
rakyat itu dibuat menderita-semenderitanya (baca Wanhoop theoree dalam





DBR). Memang ini nyata, tetapi buat kita itu tidak benar. Rakyat dapat
kita sadarkan dengan akal pikirannya, rakyat adalah manusia, adalah umat
Tuhan, rakyat bukanlah sekedar susunan tulang dan daging.
B. DIALEKTIS
Yang dimaksud dengan dialektis di sini ialah sebab akibat atau sebab
musabab adanya sesuatu kejadian atau persoalan pastilah ada sebabsebabnya,
sebab itu sendiri pastilah ada sebabnya yang lebih lanjut.
Demikian seterusnya sampai kita dapat menemukan sebab-sebab
pokoknya. Sebagai contoh, misalnya: Rakyat Indonesia bodoh, karena apa?
Sebabnya apa? Kurang pendidikan. Sebab apa kurang pendidikan karena
tidak ada sekolahan. Sebab apa tidak ada sekolahan? Karena Pemerintah
Kolonial Belanda tidak mengadakan. Sebab apa Belanda begitu? dan
seterusnya. Bagi orang yang tidak berpikir secara dialektis akan
menitikberatkan usahanya dengan merengek-rengek pada Belanda untuk
mendirikan sekolahan. Nanti kalau rakyat kita sudah pintar barulah kita
merdeka tetapi buat seorang Marhaenis akan mengatakan merdeka dulu
baru mendirikan sekolahan. Itulah sebabnya BUNG KARNO pada tahun
1927 sudah menuntut “Indonesia merdeka sekarang juga“. Demikian juga
kita sekarang ini di tahun 1968 harus mencari sebab-sebab pokoknya
mengapa banyak penganggur, mengapa kita kekurangan makan dan
pakaian, mengapa perusahaan-perusahaan asing yang sudah kita
Nasionalisir dikembalikan oleh Pemerintah kepada orang asing. Bahkan
kita harus membayar ganti rugi. Mengapa batas laut kita harus kembali 3
mile tidak 12 mile, mengapa departemen Maritim dihapuskan, dan lainlain,
dan lain-lain.





Di dalam kita mencari sebab musababnya itu maka kita akan
menemukan adanya: Saling hubungan antara ruang, waktu dan persoalan
dan adanya perkembangan/perubahan-perubahan kualitatif menuju
kuantitatif dan kuantitatif menuju kualitatif (atau negasi terhadap negasi)
yang disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan atau pertentanganpertentangan.
B.1. Ada Saling Hubungan antara Ruang, Waktu dan Persoalan
Di dalam kenyataan-kenyataan alam maka terbukti bahwa tidak ada
sesuatu yang berdiri sendiri. Selalu ada hubungan antara benda satu
dengan benda yang lainnya. Antara persoalan yang satu dengan persoalan
yang lainnya. Antara tempat (ruang) yang satu dengan tempat (ruang)
yang lain. Antara waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang juga
ada hubungannya tak dapat berdiri sendiri (kecuali pandangan sempit dari
pengikut-pengikut pragmatisme). Karena manusia selalu mempunyai
persoalan yang terlibat dalam ruang dan waktu maka demikian juga antara
orang yang satu selalu ada saling hubungan dengan orang yang lain
demikian juga antara kelompok-kelompok orang, antara bangsa-bangsa
maupun antara negara- negara selalu ada saling hubungan apalagi
memang hakekatnya manusia itu adalah makhluk sosial, makhluk Tuhan
yang hidup secara berkelompok.
Sebatang pohon dapat berdiri karena ada tanah, ada zat-zat yang
dibutuhkan. Kita punya rumah karena ada tukang batu, tukang batu
punya baju karena ada tukang tenun, tukang tenun dapat makan karena
ada petani, petani yang mencangkul dari hasil kerja tukang pembuat pacul
dan seterusnya, dan seterusnya. Hanyalah menjadi tugas kaum marhaenis





untuk membuat agar supaya saling hubungan itu merupakan saling
hubungan yang adil, saling hubungan yang tidak menyebabkan matinya
atau ruginya salah satu pihak dari masing-masing orang.
B.1a. Saling Hubungan antara Ruang dan Ruang
Indonesia dijajah karena perkembangan-perkembangan di Eropa. Di
Vietnam ada perang karena kepentingan-kepentingan kapitalis-kapitalis di
Amerika Serikat. Di London ada demonstrasi anti Pemerintahan Johnson
di Washington, Amerika Serikat. Matinya pertenunan di Klaten karena
politik impor di Jakarta. Ada banjir di kota-kota karena gundulnya
gunung-gunung. Jakarta kekurangan beras karena daerah-daerah produksi
beras merosot. Tentara-tentara di tangsi-tangsi merasa tidak puas dan
marah-marah sehubungan dengan pelantikan bekas pemberontak menjadi
menteri di Jakarta.
B.1b. Saling Hubungan antara Waktu dan Waktu
Indonesia merdeka pada tahun 1945 adalah tidak mungkin kita lepaskan
dari perjuangan-perjuangan tahun-tahun sebelumnya. Baik perjuangan
Sultan Agung dari Mataram, perjuangan angkatan 1908, angkatan 1928
maupun yang lain-lain. Sekarang kita pakai UUD 1945 tak dapat tidak
mesti dihubungkan dengan tahun 1945 maupun Dekrit Presiden 1959.
Demikianlah pula dengan peristiwa-peristiwa yang lain-lainnya. Misalnya
saja: Sekarang banyak pejabat-pejabat militer dalam jabatan sipil (tahun
1968), sebelumnya ada tuntutan militer ikut dalam politik, sebelumnya lagi
tahun 1956 ada S.O.B. yang juga memberikan hak pada militer untuk





duduk dalam masalah-masalah sipil, sebelumnya lagi ada peristiwa 17
Oktober 1952 yang menghendaki dihapuskannya fungsi DPR. Rakyat
Tiongkok sekarang sebagian besar jadi Komunis juga tidak dapat
dipisahkan dari jaman-jaman sebelumnya. Dimana pejuang Nasional Dr.
Sun Yat Sen dimusuhi oleh Inggris dan Amerika Serikat yang dalam
keserakahannya bekerja sama dengan kaum ningrat-feodal menindas
rakyat Tiongkok. Sehingga terpaksa Dr. Sun Yat Sen berpaling kepada
Rusia.
Dari contoh-contoh ini saja kiranya jelas sudah bahwa tidak suatu
peristiwa itu yang terjadi demikian saja tanpa ada hubungannya dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya. Demikian pula peristiwa Gestok yang
terkutuk itu, tentulah sebelumnya PKI telah mempersiapkannya. Dan
anehnya baru tiga hari sesudah peristiwa pengkhianatan PKI tersebut,
maka PNI telah difitnah, Koran-koran baru segera bermunculan, tindakantindakan
yang drastis dan bertahap-tahap segera dilancarkan.
B.1c. Saling Hubugan antara Persoalan dan Persoalan (Materi dan Materi)
Matinya perusahaan-perusahaan Nasional ada hubungannya dengan
politik Import–Export. Seorang pejabat diberi hadiah oleh seorang
pedagang tentunya ada hubungannya dengan peristiwa-peristiwa yang
lalu atau yang akan datang. Pepohonan mati kering tentunya ada
hubungannya dengan musim kemarau yang terlalu panjang. PKI berontak
dalam affair Madiun, PKI berontak lagi dalam Gestok (di sini hubungannya
“Sekali PKI tetap PKI”).
Tahun 1956 ada pemberontakan PRRI – PERMESTA yang ditumpas dengan
pimpinan Pak Yani, tahun 1965 Pak Yani dibunuh dalam Gestok, kemudian





tahun 1968 bekas-bekas PRRI – PERMESTA direhabilitir bahkan tokohnya
ada yang jadi Menteri. PRRI – PERMESTA nyata-nyata didalangi oleh
Amerika dan Inggris, sekarang politik kita cenderung ke Amerika, kredit
dari sana, bulgur dari sana, masalah Vietnam kita tidak tegas, soal Timur–
Tengah dimana Israel didalangi oleh Amerika–Inggris maka kita diam, dan
lain-lain, dan lain-lain.
Pak Harto dulu memimpin operasi Mandala merebut Irian Barat sekarang
soal Irian Barat seolah-olah kurang diperhatikan sehingga subversi dan
infiltrasi di sana merajalela. Dulu Pak Harto seorang prajurit yang tunduk
pada perintah Presiden, sekarang Pak Harto sudah menjadi Penguasa
Tertinggi yaitu Presiden penuh.
Negara-negara kreditor berjanji akan memberikan kredit sebesar 325 juta
dollar, kredit ditunda-tunda, Indonesia menandatangani batas laut 3 mil
dan ijin buat perampokan ikan oleh Jepang, Bank-Bank Asing masuk ke
Indonesia, pada pokoknya seluruh peristiwa-peristiwa itu adalah saling
kait mengkait.
Meskipun seluruh persoalan itu saling kait mengait, tapi kita sebagai
seorang revolusioner yang memihak rakyat mesti dapat memecahkan
lingkaran setan tersebut. Karena itu kita harus dapat melihat sebab-sebab
pokoknya dan melihat titik terlemah atau titik yang harus kita hantam, kita
jebol terlebih dahulu untuk kita kuasai.
C. 2. Adanya Perkembangan-Perkembangan / Perubahan-Perubahan
Memang pada hakekatnya di alam ini tidak ada sesuatu yang bersifat
abadi, tidak sesuatu yang bersifat kekal (kecuali Tuhan Y.M.E.). Manusia





bayi jadi tua dan mati, pohon pun demikian, bahkan batu-batu itu juga
mengalami perubahan karena pindah tempat maupun pecah dan aus
dimakan waktu. Perubahan-perubahan itu dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif. Kualitatif dan kuantitatif sekaligus maupun perubahan dari
kuantitatif menjadi kualitatif dan sebaliknya kualitatif menjadi kuantitatif.
Akan tetapi perubahan-perubahan itu adalah perubahan-perubahan yang
meningkat. Hukum ini menurut istilah yang mentereng dinamakan
Hukum Negasi terhadap negasi. Dan perubahan-perubahan itu disebabkan
karena adanya perbedaan-perbedaan atau pertengahan-pertengahan atau
tantangan-tantangan atau menurut istilah yang lain adalah hukum-hukum
Kontradiksi.
B. 2a. Perubahan – Perubahan Kwalitatif – Kwantitatif
Sebutir jagung berubah secara kualitatif menjadi biji atau lembaga,
kemudian berkembang secara kuantitatif menjadi sebatang jagung sampai
berbuah yang berarti berkembang secara kualitatif dan kuantitatif sekaligus
dengan lahirnya biji-biji jagung yang tadinya berasal dari sebutir saja.
Demikian seterusnya.
Demikian juga kalau kita amati masalah perkembanganperkembangan
dalam masyarakat. Kekuatan-kekuatan Progresive dalam
masyarakat Indonesia pada tahun 1908 mulai berkembang, kemudian
karena tekanan pemerintah Kolonial Belanda menjadi susut kembali, akan
tetapi mereka-mereka yang tinggal sedikit itu lebih militan dan lebih
berpengalaman, kemudian berkembang lagi pada angkatan 1928,
kemudian susut lagi karena hantaman jaman dan berkembang lagi dalam
kualitatif maupun kuantitatif sampai dapat mengadakan Proklamasi 1945.





Sesudah kemerdekaan secara kuantitatif dan kualitatif juga mendapatkan
tantangan dengan perang kemerdekaan.
Tetapi setelah tahun 1950, kaum Progresive juga merosot dan banyak
yang keblinger, kemudian meningkat lagi dengan adanya Dekrit Presiden
1959 dan seterusnya. Demikian juga kalau kita amati perkembangan massa
pengikut Marhaenis sejak 1927 hingga sekarang.
Pada saat surutnya perkembangan kwalitatif disertai pengembangan
kuantitatif dan sebaliknya pada saat surutnya perkembangan kuantitatif
maka pada saat itu berkembanglah kualitatif (meningkat mutunya). Untuk
kemudian setelah suatu goncangan berkembanglah kuantitatif kembali
akan tetapi sudah dalam mutu yang lebih tinggi. Inilah yang dimaksudkan
dengan hukum negasi terhadap negasi atau menurut istilah lain yaitu:
“Cakramanggilingan”.
Satu contoh lagi yaitu sebuah roda, pada suatu saat sebuah titik ada di
bawah, kemudian dia akan di bawah lagi sesudah pernah mengalami di
atas. Akan tetapi si roda sudah maju, tidak pada tempat semula.
C. 2b. Perbedaan-Perbedaan/Pertentangan-Pertentangan/Kontradiksi-
Kontradiksi
Adanya perubahan-perubahan itu disebabkan karena adanya
perbedaan-perbedaan. Sebatang pohon tumbuh karena adanya perbedaanperbedaan
tekanan osmose dalam pohon dengan dalam tanah, sehingga
zat-zat makanan bagi pohon dapat terhisap sampai ke pucuk-pucuknya.
Air mengalir karena adanya perbedaan tinggi, atau karena adanya
perbedaan tekanan. Angin mengalir karena ada beda tekanan. Listrik





mengalir karena ada beda potensial. Memang setiap gerakan itu ada
karena adanya perbedaan atau pertentangan-pertentangan.
Demikian juga terjadi di kalangan masyarakat dan diantara negaranegara
maupun antara bangsa-bangsa ini ada pergerakan-pergerakan atau
pergolakan-pergolakan adalah karena adanya perbedaan-perbedaan atau
pertentangan-pertentangan diantara bangsa-bangsa atau diantara
golongan-golongan yang menimbulkan pergolakan-pergolakan sampai
menimbulkan peperangan-peperangan terutama adalah adanya perbedaanperbedaan
kepentingan dari masing-masing pihak. Khususnya adalah
pertentangan kepentingan dalam bidang Ekonomi, meskipun pada
umumnya masing-masing pihak selalu akan berbicara sebagai suatu
perbedaan di bidang lain. Terutama pihak yang bersalah akan selalu
mengatakan dalih-dalih pertentangan yang kelihatannya enak didengar
untuk membenarkan kejahatannya.
Hitler berekspansi dengan dalih “Kejayaan bangsa Aria Yang Luhur“.
Hal ini dikemukakan sebenarnya sekedar untuk menggerakan rakyatnya
(Bahan agitasi), kemudian diikuti dengan pembunuhan massal pada kaum
Yahudi, dimana Yahudilah yang menguasai perekonomian Jerman,
sehingga Ras Aria dapat mengambil alih kekuasaan Ekonomi. Demikian
pula Hitler menyerang Eropa sampai Afrika sebenarnya adalah karena
pada saat itu “Libersraum“. Jerman terpotong dan dikepung oleh negaranegara
Eropa yang lain. Demikian pula Jepang dengan dalih Asia untuk
Asia dan Jepang sebagai saudara tua yang akan membebaskan saudarasaudaranya,
akan tetapi sebenarnya sekedar mau memindahkan
penduduknya yang sudah terlalu padat.
Belanda menjajah Indonesia dengan dalih “Mission Sacre”.





Nekolim dengan istilah “memberi bantuan“ sebenarnya adalah dalam
rangka menjerat negara-negara yang baru berkembang untuk tetap
tergantung padanya dan seterusnya terutama untuk mendapatkan ijin atau
legalitas guna melakukan perampokan dan pemerasan terhadap kekayaan
alam maupun tenaga kerja rakyat-rakyat setempat. Sedangkan pihak-pihak
yang memberikan ijin atau persetujuan memuji-muji modal asing dan
membuatkan dalih-dalih perlunya memasukan modal asing dan kredit
karena mereka mendapatkan komisi dari situ. Antek Nekolim dengan
dalih-dalih yang enak dan selalu mengatakan membela rakyat, membela
Pancasila, demi pembangunan, demi keamanan, demi kerukunan nasional
dan lalin-lain kata-kata manis, akan tetapi pada hakekatnya sekali untuk
Nekolim tetap Antek Nekolim.
Sekali perampok dan penjual massa tetap bajingan.
Semua kata-kata manis yang dikeluarkan pada hakekatnya adalah untuk
mempertahankan atau untuk mencari kedudukan-kedudukan yang empuk
dengan segala manisnya harta kekayaan hasil penipuan, perampokan dan
hasil penggadaian negara dan kemerdekaan.
Pada pokoknya setiap pergolakan terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan terutama di bidang Ekonomi. Agressi Israel di Timur Tengah
yang didalangi Amerika Serikat terjadi karena kepentingan perusahaanperusahaan
minyak untuk menyalurkan minyaknya lewat pipa-pipa
sampai “Teluk Akaba” dan kepentingan Zionist-zionist Yahudi di suatu
pihak melawan kemerdekaan bangsa-bangsa Arab. Perang Vietnam oleh
Amerika Serikat yang katanya untuk melawan Komunisme adalah
berbenturannya kepentingan rakyat Vietnam untuk merdeka dengan
kepentingan Imperialisme mempertahankan garis hidupnya yang





membujur dari Selat Gibraltar, Timur Tengah sampai Asia Tenggara dan
terus ke Korea dan Jepang. Ada pergolakan buruh karena adanya beda
kepentingan antara si majikan yang ingin mendapat untung yang besar dan
kepentingan buruh yang ingin tercukupi kebutuhannya. Ada peristiwa
Gestok karena berbenturannya antara kepentingan kaum reaksioner kanan,
kaum komunis dan kaum Pancasilais. KAMI demonstrasi karena mewakili
kepentingan kaum pemilik modal yang berwatak liberal melawan
program-program sosialis dari Bung Karno. Pertentangan antara
pendukung-pendukung demokrasi dan pelaku-pelaku anti demokrasi
terjadi karena pelaku-pelaku anti demokrasi ingin tetap mempertahankan
enaknya jadi koruptor, enaknya jadi pemegang ijin untuk mendapatkan
uang semir, enaknya mendapatkan komisi-komisi, sedangkan pendukung
demokrasi Pancasila ingin menjalankan keadilan dan kemerdekaan.
Dan kaum Demokrasi Liberal ingin mendapatkan pembagian rezeki dari
hasil perampokan dan hasil komisi secara adil dan untuk mendapatkan
kesempatan menghidupkan modalnya yang terhalang oleh sistim
birokratis.
Kiranya cukup jelas bahwa setiap pergerakan atau pergolakan yang
terjadi adalah karena adanya perbedaan kepentingan ekonomi. Demikian
pula kita bergerak karena kita ingin memperbaiki nasib hidup kita agar
bebas dari penekanan, penipuan dan perampokan antek-antek
Nekolim/pelaku-pelaku konsep Nekolim.
B. 2c. Pertentangan Antagonistis dan Pertentangan Non Antagonistis
(Kontradiksi Pokok dan Kontradiksi tidak Pokok)





Kontradiksi pokok yaitu suatu kontradiksi yang harus segera
ditanggulangi dan pihak-pihak yang saling berkontradiksi saling
menyelesaikan kontradiksinya dengan cara konfrontasi. Kontradiksi pokok
diselesaikan dengan cara kekerasan, yang dimaksud dengan kekerasan
adalah dengan menyusun kekuatan untuk dihadapkan pada lawan,
meskipun kadang-kadang masih harus diikuti dengan diplomasi. Akan
tetapi di sini diplomasi yang dijalankan adalah sekedar formalitas dari
kekuatan yang ada. Sedangkan kontradiksi yang tidak pokok masih dapat
diselesaikan dengan konsultasi saja dan diplomasi, tidak perlu dengan
saling adu tenaga.
Di dalam perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat, maka kontradiksi-kontradiksi tersebut dapat berubah dalam
bentuknya. Yaitu dari kontradiksi pokok menjadi kontradiksi tidak pokok
dan sebaliknya kontradiksi tidak pokok menjadi kontradiksi pokok atau
dinamakan juga perubahan ini dengan istilah TRANSMUTASI.
Meskipun ada pertentangan-pertentangan diantara kaum Komunis
Kaum Islamis dan kaum Nasionalis, akan tetapi selama ada penjajahan
langsung berupa Belanda atau Jepang maka pertentangan-pertentangan itu
masih terselesaikan dengan jalan konsultasi. Karena pertentangan diantara
golongan-golongan pada saat itu merupakan kontradiksi tidak pokok.
Sedangkan kontradiksi pokoknya adalah antara rakyat (yang mencakup
semua golongan) melawan penjajah.
Akan tetapi pada saat pengkhianatan PKI dengan G 30 S, maka antara
kaum Nasionalis dengan kaum Agama di suatu pihak dan kaum Komunis
di lain pihak terjadi kontradiksi pokok. Dimana dalam adu tenaga ternyata
PKI hancur. Jadi di sini transmutasi dari kontradiksi tidak pokok menjadi





kontradiksi pokok. Sebelum Irian Barat kembali, terjadi kontradiksi pokok
antara Belanda dan Indonesia akan tetapi setelah penyerahan Irian Barat
maka antara Belanda dan Indonesia terjadi perkembangan hubungan yang
makin baik, jadi tidak lagi kontradiksi pokok tetapi sudah bertransmutasi
jadi kontradiksi tidak pokok.
Demikian pula antara pendukung – pendukung Pancasila dan kaum
Pancasilais munafik yang mula-mula masih dapat saling berdiplomasi akan
tetapi sekarang ini setelah kaum Pancasilais munafik nyata-nyata
menjalankan Neokolonialisme di Indonesia maka kontradiksi-kontradiksi
ini berubah menjadi kontradiksi yang antagonistis, hanya masalahnya
pihak kaum Pancasilais munafik memang sangat lihai dalam
meninabobokan rakyat dengan istilah-istilah yang manis. Tetapi setelah
rakyat merasakan benar akan penderitaan lahir batin yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan kaum Pancasilais munafik atau antek nekolim itu
pastilah akan juga berlaku hukum-hukum perkembangan alam ini. Yaitu
penyelesaian dengan kekerasan.
D. REVOLUSIONER
Revolusi artinya menjebol dan membangun. Revolusioner artinya
berwatakan dinamis untuk menjebol dan membangun. Hanya orang yang
berwatak revolusioner yang mampu memberikan konsep-konsep
penyelesaian masalah-masalah dan sekaligus mampu menyingsingkan
lengan baju tanpa menghitung untung rugi untuk pribadinya. Orang-orang
pandai maupun professor-profesor botak sekalipun kalau hanya mampu
melihat persoalan-persoalan secara obyektif dan dapat melihat sebab
musababnya, tetapi tidak berwatakan revolusioner, dia tidak akan sanggup





menyelesaikan persoalan tersebut. Orang revolusioner mesti dan harus
memihak pada rakyat. Hanya orang yang dapat meresapi penderitaan dan
ratap tangisnya kaum Marhaen yang dapat berwatakan revolusioner.
Karena orang yang memihak kepada rakyatlah yang mengerti apa
kebutuhan rakyat dan mengerti akan kekuatan tenaga rakyat itu. Perasaan
pahit getir yang dirasakan rakyat akan membakar semangat orang-orang
revolusioner untuk siap mental dan mampu menjebolkan sistim-sistim
yang menyebabkan kesengsaraan rakyat dan sekaligus sampai hati untuk
menyingkirkan antek-antek Nekolim demi kejayaan kaum Marhaen pada
umumnya. Akan tetapi sekaligus juga dia mampu menyingsingkan lengan
baju untuk membangun kemerdekaan penuh, Sosialisme Pancasila dan
Dunia Baru.
Berdaulat di bidang Politik, berdikari di bidang Ekonomi dan
berkepribadian di bidang Kebudayaan (akan dijelaskan lebih lanjut dalam
keterangan masalah Ekonomi). Orang-orang yang tidak berwatakan
revolusioner meskipun dapat melihat secara obyektif persoalan-persoalan
rakyat, akan tetapi dia pasti akan terjerat dalam lingkaran setan yang tidak
ada putusnya. Sehingga dia tidak tahu bagaimana penyelesaiannya, tidak
tahu apa yang harus dijalankan/dikerjakan atau lebih parah lagi, dia akan
terjerat dalam jarring-jaring Nekolim untuk menggantungkan sepenuhnya
pada bantuan Nekolim.
Seorang revolusioner pasti memberikan masa depan yang gemilang bagi
rakyatnya, tidak terjerat dalam strategi Nekolim. Sehingga seorang
revolusioner yang memihak kepada rakyat pastilah progresive, mengetahui
perkembangan jaman, mengerti keharusan sejarah bagi rakyatnya. Kalau
tidak demikian maka dia bukan revolusioner. Akan tetapi retrogresive




revolusioner bukan progresive revolusioner. Jadi revolusioner itu ada dua,
yaitu: progresive revolusioner dan retrogresive revolusioner. Yang satu
memberikan masa depan yang gemilang sedang yang satu
menjerumuskan.
Dapat kita rumuskan arti revolusioner buat kita kaum Marhaen adalah:
1. Berwatak dinamis, terus menerus mau dan ingin bergerak.
2. Terus menerus bergerak menjebol dan membangun.
3. Memihak pada rakyat, selalu waspada terhadap segala gerak gerik
musuh rakyat.
4. Melihat dan membawa rakyatnya untuk masa depan yang gilang
gemilang buat rakyatnya.
5. Tidak menghitung-hitung untung rugi buat pribadi asal
menguntungkan revolusi dan menguntungkan rakyat.
Pada pokoknya seorang revolusioner sanggup mencurahkan segenap
kemampuannya asal menguntungkan rakyat dan revolusi. Seperti halnya
seorang satria membela rakyat dan kebenaran. Jangan ragu-ragu
sedikitpun asal menguntungkan rakyat dan revolusi. Satri Arjuna yang
ragu-ragu melawan Adipati Karno dalam perang Barata Yudha setelah
disadarkan oleh Kresna (Wisnu) akhirnya siap mental, berani dan mampu
membunuh Adipati Karno. Bila saudara sendiri, kalau merugikan rakyat
harus disingkirkan.
Melihat seorang Walikota yang menumpuk kekayaan dengan
menjalankan penipuan, pemerasan pajak, menerima sogokan dan korupsi
besar-besaran, banyak orang yang gedumal-gedumel sendirian atau palingpaling
menunggu tindakan dari orang lain. Akan tetapi seorang
revolusioner akan menghimpun tenaga rakyat untuk dihantamkan ke





hidung si walikota tersebut. Melihat pimpinannya sendiri menjual
massanya dan menyelewengkan ideologinya, banyak orang yang hanya
rasan-rasan sana sini. Lebih parah lagi akan bersikap pura-pura tidak tahu
bahkan menjilat telapak kaki si pemimpin. Akan tetapi seorang
revolusioner akan menghimpun massa menghantam si pemimpin.
Melihat makin berkembangnya dansa-dansi, band-band dengan lagu-lagu
brengsek dan lain-lain kebudayaan amoral yang meruak mental massa,
banyak orang yang merasa tidak puas akan tetapi tanpa memberikan reaksi
apa-apa. Lebih parah lagi dia akan ikut-ikut menjalankan praktek-praktek
amoral tersebut. Tetapi seorang revolusioner akan berani memberikan
reaksi dan bahkan sampai menyetop atau menggeruduk tempat-tempat
tercela itu. Melihat kenaikan harga-harga adalah disebabkan karena
adanya manipulasi pedagang-pedagang, adanya sistim sogok dalam
perijinan maupun dijalankan, salahnya politik Import – Export dan lainlain.
Banyak orang akan menyelesaikan sebab-sebab itu sendiri-sendiri,
secara sepotong-sepotong itupun dalam bicara, tidak dalam tindakan.
Seorang yang berpikir secara Realistis Dialektis revolusioner akan
menyelesaikan masalah itu secara radikal. Menjebol sampai ke akarakarnya.
Harus dirombak seluruh struktur pemerintahan dan masyarakat
untuk kemudian ditanamkan sistim baru yang mencakup seluruh
persoalan. Untuk membangun tidak terlalu menggantungkan pada kredit
dan modal asing yang berarti menggadaikan negara dan masa depan
bangsa. Akan tetapi seorang Marhaenis akan meningkatberatkan usahanya
pada pembangunan produksi dengan menggunakan tenaga rakyat.
Sedangkan kredit hanyalah merupakan faktor penolong, itupun asal kredit
tersebut tidak mengikat dengan persyaratan-persyaratan politik dan





persyaratan-persyaratan Ekonomi yang terlalu berat (akan dijelaskan soal
kredit, modal asing, soal inflasi dan lain-lain dalam uraian Ekonomi
Pembangunan).
Memang revolusi adalah menjebol dan membangun, akan tetapi masih
kita rasakan bahwa masih terlalu banyak anggota-anggota kita maupun
kader-kader kita yang belum siap mental untuk menjalankan itu. Pikiran
dan mentalnya hanya terpancang kepada pembangunan melulu. Padahal
membangun terus tanpa menjebol pada hakekatnya adalah kompromis.
Berarti kompromis dengan Nekolim dan antek-anteknya yang menjalankan
praktek-praktek sistim Nekolim. Dan ini berarti menjalankan penipuan
pada diri sendiri dan massa rakyat. Kader-kader Marhaenis mesti dan
harus sanggup menjebol sistim-sistim Nekolim sampai ke akar-akarnya
yang ini berarti sekaligus harus sanggup menyingkirkan antek-antek
Nekolim, orang-orang pengkhianat maupun oportunis-oportunis
perjuangan. Jangan sekali-kali mereka mendapatkan kesempatan lagi
untuk tampil ke depan. Sekali orang-orang macam begini tampil ke depan
maka dia akan bicara sebagai pahlawan yang paling berani, paling berjasa
dan segala macam paling untuk mendapatkan posisi buat dirinya. Akan
tetapi di samping itu kader-kader Marhaenis mesti juga punya konsepsi
maupun pelaksana-pelaksana yang cukup tangguh untuk menggantikan
segala sesuatu yang dijebolnya. Karena menjebol tanpa membangun itu
namanya anrchi, hanya amuk-amukan.
Untuk dapat menjalankan praktek-praktek revolusioner tersebut maka
kita yang memihak pada rakyat Marhaen ini tentulah juga harus berjuang
bersama-sama dengan kaum Marhaen itu. Untuk itu kita mesti mengerti
apa yang dinamakan:





MACHTVORMING – RADIKALISME – MASSA AKSI – SELF HELP –
NON COOPERATION
Dengan pengertian-pengertian inilah kita dapat menjalankan praktekpraktek
revolusioner itu, tanpa mengerti itu maka kita hanya akan
melamun dengan pikiran kita tanpa dapat berbuat apa-apa karena tidak
ada cara dan tak ada kekuatan yang kita punyai. Bagi yang masih
mengakui bahwa Bung Karno adalah Bapak Marhaenisme, coba sekali lagi
baca: “Mencapai Indonesia Merdeka” karya Bapak Marhaenisme Bung
Karno dalam D. halaman 257 s/d hal 333.
BAB III
PENGETRAPAN
Setelah kita dapat mengetahui dasar-dasar cara berpikir, maka tinggalah
sekarang cara-cara penggunaannya. Cara-caranya berpraktek, suatu ilmu
yang steril, ilmu yang tak berguna. Akan tetapi praktek tanpa ilmu,
praktek tanpa teori adalah sekedar amuk-amukan, sekedar acak-acakan
tanpa mengerti dasar, arah dan tujuannya. Yang benar adalah ilmu amaliah
dan yang ilmiah. Mengamalkan ilmu dan mengilmiahkan amal.
Di dalam uraian-uraian di muka memang banyak kami usahakan
mengemukakan contoh-contoh untuk lebih memudahkan mengetrapkan
metode berpikir ini ke dalam praktek-praktek yang kita hadapi akan tetapi
mungkin banyak sekali hal-hal yang belum dapat ditangkap secara mudah.
Oleh karena itu memang sebenarnya uraian ini seharusnya dipelajari dalam
satu rangkaian dengan uraian-uraian soal ekonomi dan geo-politik. Akan
tetapi sehubungan dengan kesukaran-kesukaran teknis yang kami hadapi
terpaksa belum dapat kami sajikan, terutama kurang bahan-bahan materiil,
logistik yang sangat kering. Mudah-mudahan dua uraian tentang ekonomi
dan geo-politik tersebut dalam waktu yang singkat segera dapat kami
susulkan. Untuk lebih memudahkan mendalami tulisan ini kami harapkan
dipelajari secara kolektif, diadakan diskusi-diskusi dan latihan-latihan.
Sekaligus hal ini membiasakan kita untuk berpikir secara kolektif, secara
gotong royong musyawarah untuk mufakat, bukan musyawarah untuk
menang-menangan, akan tetapi musyawarah untuk mendapatkan
kebenaran bersama, hal mana sesuai dengan ajaran kita.
Apa yang kami uraikan sebagai metode berpikir tersebut sebenarnya
adalah suatu sistematika, suatu urut-urutan caranya seorang marhaenis
memikir. Suatu cara berpikir secara ilmiah, bukan suatu cara berpikir yang
sekedar berdasarkan intuitif dan perasaan belaka. Memang kita sebagai
manusia punya perasaan, itu harus kita pakai. Akan tetapi jangan sampai
perasaan yang belum tentu benar itu berkuasa sepenuhnya akan diri kita,
berkuasa akan pikiran kita, sehingga kita seringkali terjebak dalam
persoalan-persoalan remeh yang sebenarnya harus diabaikan di dalam kita
ingin mencapai suatu tujuan besar. Sering kali kita terjebak dalam soal
suka secara perseorangan di dalam menjalankan organisasi perjuangan,
terjebak dalam rasa sentimen tidak suka dan dalam rasa sentimen asal suka
saja. Padahal seharusnya di dalam menilai seseorang kita harus menilai
atas dasar garis-garis perjuangan, atas dasar tugas dan fungsi masingmasing
dalam gerakan revolusioner. Sering kali kita jumpai di dalam
praktek bahwa masa kita masih mudah terjebak oleh kata-kata manis dari
orang yang berkedudukan. Padahal kata-kata manis dan kata yang
kelihatannya revolusioner itu masih harus kita nilai latar belakangnya, apa
sebabnya dia berkata begitu. Dia berkata begitu sebenarnya hanyalah agar
supaya dia mendapatkan dukungan massa. Akan tetapi tindakannya
justru menjerumuskan, justru meninabobokan massa untuk lupa pada
lawannya. Agar supaya massa terlena dalam bius racun strategi Nekolim
dan memberikan dukungannya pada antek-antek Nekolim. Memberikan
dukungan pada manusia Pancasilais munafik, memberikan dukungan pada
koruptor-koruptor, memberikan pada pejabat-pejabat korup dan pemeras
rakyat, penjual negara. Karena biusan-biusan antek-antek Nekolim, maka
massa kita yang kurang rasionil mudah sekali termakan. Karena perasaan
maka banyak orang tidak sampai hati untuk melawan antek-antek
Nekolim. Apalagi kalau pelaksana-pelaksana konsep Nekolim tersebut
berupa orang-orang dalam tubuh partai sendiri, berupa pejabat-pejabat
organisasi sendiri, meskipun mereka hanyalah pejabat-pejabat tiban,
pejabat drop-dropan, bukan pejabat yang dipilih oleh massa. Akan tetapi
karena itu massa yang belum rasionil masih tidak mau memberikan
koreksi, apalagi memberikan perlawanan. Kalau toh tahu apa sebenarnya
yang harus dikerjakan, akan tetapi karena perasaannya maka mereka masih
ragu-ragu untuk bertindak atau lebih parah lagi mereka mau saja dibawa
oleh pimpinan gadungan itu. Mau saja dininabobokan dengan kata-kata
manis dan jeratan-jeratan halus.
Dalam hal ini bukanlah tujuan kita untuk menghapuskan fungsi perasaan
manusia dalam perjuangan kaum Marhaenis, tidak, sama sekali tidak.
Akan tetapi kita harus menggunakan perasaan itu pada tempatnya. Kita
harus semaksimal mungkin merationilkan perasaan. Kadang-kadang juga





perasaan itu benar, sering kali juga perasaan itu memberikan petunjukpetunjuk
yang tepat. Akan tetapi perasaan itu atau insting itu mesti kita
beri alasan, mesti kita berikan dasar-dasar secara rationil. Perasaan harus
dirationilkan. Bahkan suatu perasaan yang timbul itu sebenarnya dapat
kita analisa untuk kita cari sebab-sebabnya. Pada pokoknya, ratio harus
dirasakan dan perasaan harus dirationilkan.
Seperti telah diuraikan di muka bahwa cara berpikir seorang Marhaenis
itu mesti realistis, dialektis, revolusioner dan memihak pada rakyat.
Tinjauan-tinjauannya harus beritikat untuk menguntungkan rakyat. Bukan
berarti kita akan meninggalkan begitu saja hukum-hukum kebenaran dan
keadilan. Dan harus pula diketahui bahwa soal benar dan adil itu
sesungguhnya sangatlah relatif ukuran-ukurannya. Tidak ada ukuran
yang tepat dan tetap. Benar dan adil itu sangat tergantung pada pendapat
masyarakat dan perkembangan masyarakat. Sedangkan pendapat dan
perkembangan masyarakat itu selalu berkembang, sesuai dengan hukumhukum
perkembangan dialektis.
Di samping itu soal benar dan adil itu bagaimanapun juga pasti
dipengaruhi oleh kepentingan pihak-pihak yang mengemukakan adil dan
benar itu. Seorang pemilik modal akan mengatakan keuntungan 60 %
adalah adil, sedang rakyat konsumen akan mengatakan bahwa harga harus
diturunkan dengan menurunkan keuntungan pemilik modal menjadi 30 %
atau 20 %. Sedangkan pemerintah yang tidak berorientasi pada rakyat
akan menaikkan pajak dan lain-lain. Kalau orang sama sekali tidak
memihak, maka dia hanya akan terjebak dalam perdebatan, hanya akan
terjebak dalam adu argumentasi, terjebak dalam lingkaran setan yang tak
ada ujung pangkalnya.





Demikian juga dapat pula kita terjebak dalam soal-soal formil, terjebak
dalam soal-soal landasan hukum, dalam hukum-hukum formil yang
berlaku. Maupun terjebak dalam hukum-hukum organisasi ataupun
herargis ataupun hukum-hukum kolot dan konvensionil. Padahal kalau
kita bicara soal revolusi yang berarti menjebol dan membangun, maka
justru tugas kita untuk menjebol nilai-nilai lama, menjebol hukum-hukum
konvesionil, maupun norma-norma masyarakat yang tidak
menguntungkan rakyat dan tidak menguntungkan jalannya revolusi.
Justru tugas kaum Marhaenis untuk menjebol itu semua sampai ke akarakarnya
untuk kita gantikan dengan hukum-hukum baru, dengan normanorma
dan nilai-nilai baru yang menguntungkan rakyat dan
menguntungkan revolusi.
Pada pokoknya kita pejuang-pejuang Marhaenis harus dapat membuang
jauh-jauh penyakit-penyakit kolot, penyakit pikiran formil dan penyakitpenyakit
konservatif untuk digantikan dengan metode yang realistis,
dialektis, revolusioner dan memihak pada jalannya revolusi.
Setelah kita dapat berpikir secara cepat, dapat menganalisa secara tepat
juga jangan dilupakan bahwa kita harus berpraktek. Jadilah Pemikir dan
Pejuang, Pejuang dan Pemikir, pokoknya jadilah patriot komplit. Bukan
kader-kader salon.
A. PEMBAGIAN KEKUATAN DALAM ABAD INI
Sebenarnya soal pembagian kekuatan ini harus dapat dicari dan
disimpulkan sendiri dengan melihat kenyataan-kenyataan yang ada dan
menganalisanya berdasarkan metoder berpikir yang telah diuraikan. Akan
tetapi kami rasa perlu kami kemukakan di sini untuk lebih melancarkan





kita dalam menganalisa persoalan-persoalan yang kita hadapi. Lebih
melancarkan di dalam nanti kita mengajukan problem-problem atau
contoh-contoh untuk mempraktekkan sistematika Metode Berpikir
Marhaenis ini.
Sesuai kenyataan yang kita hadapi dalam abad ini, maka kita melihat
adanya tiga kekuatan pokok yang dewasa ini berkembang. Masing-masing
berkembang menurut kepentingannya sendiri-sendiri. Karena
perkembangan dan gerakan-gerakan dari tiga kekuatan inilah maka terjadi
pergolakan di sana sini seantero penjuru dunia. Terjadi pergolakan dalam
berbagai macam bentuk dan berbagai macam tingkatan kwalitet maupun
kwantitet. Semua persoalan ini akan lebih mudah kita pahami kalau kita
sadar bahwa semua itu dikarenakan adanya tiga kekuatan yang saling
berbenturan. Yaitu kekuatan-kekuatan:
1. Kekuatan Kapitalis, Imperialis yan dipelopori oleh: Amerika dengan
negara-negara bonekanya, Inggris dengan negara – negara
Commonwealth dan Perancis bersama negara-negara Eropa Barat.
Dipelopori oleh tiga negara besar yang masing-masing juga punya
perbedaan-perbedaan kepentingan. Sehingga diantara mereka sendiri
juga selalu ada pertentangan-pertentangan. Sebagai suatu pertentangan
yang tetap. Karena memang watak dari sistem Liberal itu selalu
membawa persaingan diantara masing-masing anggota. Akan tetapi di
dalam menghadapi kekuatan-kekuatan lain mereka dapat bekerja sama
untuk menindas rakyat yang baru berkembang. Bekerja sama dalam
menghadapi Komunisme.
2. Kekuatan Komunis, Kekuatan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok satu di bawah RUSIA dan kedua di bawah RRT. MasingM.
FAJRIN, SH




masing juga mengalami pertentangan-pertentangan sendiri karena
perbedaan-perbedaan watak susunan masyarakat dan sistem
pembangunan industrinya. Sehingga membawa watak kepentingankepentingan
yang berlainan. Yang lebih lanjut membawa perbedaanperbedaan
strategi perjuangannya.
3. Kekuatan-Kekuatan Pancasilais. Pendukung-pendukung aspirasi
Pancasila ini terdiri dari negara-negara yang baru berkembang, negaranegara
yang baru saja menyusun kemerdekaannya setelah oleh negaranegara
Barat pada umumnya. Negara-negara ini sebagian besar terletak
di benua-benua Asia Afrika dan Amerika Latin. Pendukungpendukung
Pancasila ini kekuatannya tidak/belum mempunyai
kekuatan, akan tetapi sebenarnya mencakup dua pertiga penduduk
dunia dan mempunyai masa depan yang gemilang karena kekayaan
alamnya. Dan kekuatan ini dapat kita nyatakan sebagai kekuatan yang
mewakili fenomena/atau gejala abad ini. Kita lihat juga
perkembangannya yang begitu pesat, relatlif pendek dalam ukuran
perkembangan sejarah dunia.
Masing-masing kekuatan tersebut mempunyai perwatakan dan
mempunyai falsafah hidup sendiri-sendiri. Falsafah hidup yang pada
pokoknya didasarkan akan kepentingan ekonominya. Kaum kapitalis
menghendaki hak milik pribadi yang mutlak dan free fight liberalisme.
Karena dengan falsafah ini mereka dapat memeras orang lain atau bangsa
lain berdasarkan kekuatan modalnya dan kemajuan teknologinya.
Kaum Komunis yang mewakili kaum proletar menghendaki
dihilangkannya sama sekali hak milik pribadi dan dihilangkannya sistem
negara untuk diadakan pemerintahan dunia. Akan tetapi RUSIA





menghendaki MOSKOW centris, sedang RRC dengan PEKING centris.
Rusia yang telah maju teknologinya dan menghasilkan hasil produksi
barang-barang industri berat menggunakan strategi cooperation secara
damai.
Sedang RRC yang kurang tinggi teknologinya, menghasilkan hasil
produksi ringan dan padat penduduknya menghendaki perjuangan
dengan hasil perang rakyat secara frontal.
Sedang kaum Pancasilais menghendaki agar supaya hak milik pribadi
masih diakui dalam batas-batas yang tidak mencakup kepentingan hajat
rakyat banyak, dan hak milik pribadi harus digunakan sebagai fungsinya
yang menguntungkan rakyat banyak, tidak boleh suatu hak milik
digunakan sedemikian rupa hingga merugikan orang banyak. Dalam soal
internasional dikehendaki adanya dunia baru yang hidup berdampingan
secara damai dan saling menghormati masing-masing nasionalitetnya.
Soal-soal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam soal GEO-POLITIK
DAN EKONOMI.
B. KEKUATAN – KEKUATAN DI INDONESIA
Indonesia yang merupakan sebagian dari dunia, apalagi Indonesia
yang letaknya strategis, terletak dalam persimpangan dan ditambah lagi
dengan kekayaan alamnya, maka tidaklah heran kalau semua pihak sangat
berkepentingan akan tanah dan air Indonesia, Bumi Nusantara dan Lautan
Nusantara. Oleh karena itu semua kekuatan-kekuatan yang ada di dunia
ini juga tercermin atau terwakilkan dalam kekuatan yang ada di sini.





Kekuatan pembawa aspirasi dunia baru yang sekaligus merupakan
pembawa aspirasi rakyat Indonesia adalah kekuatan Pancasilais Sejati.
Kekuatan Pancasilais yang berkerangkakan pejuang-pejuang rakyat, ya
pembela-pembela Pancasila, ya pejuang-pejuang Marhaenis ini.
Kekuatan Komunis Internasional di sini diwakili oleh PKI yang baru-baru
ini mengalami kehancurannya. PKI hancur karena melakukan tindakan
khianat yang terkutuk, sehingga membangkitkan amarah rakyat pada
umumnya. PKI yang terjebak dalam Link--radikalisme harus mengalami
kehancurannya. Penyakit kekiri-kirian, penyakit kekanak-kanakan,
membawa PKI terjebak dalam link–radikalisme.
Kekuatan Imperialisme di Indonesia diwakili oleh kaum reaksioner
kanan, kaum vested interest yang secara sadar atau tidak sadar
menjalankan kepentingan-kepentingan kaum Imperalis di Indonesia ini.
Ya memang cara-cara tidak langsung inilah yang dinamakan sistem
Nekolim. Nekolim cukup menjalankan subversi, infiltrasi, memberikan
sogokan yang bisa membius dengan sekedar materi, meracuni dengan
kebudayaan-kebudayaan dan literatur-literatur yang kelihatannya ilmiah,
untuk kemudian memberikan konsep-konsep maupun ikatan-ikatan
ekonomi. Dengan sendirinya semua itu demi keuntungan kaum Imperialis.
Cara-cara baru inilah yang belum banyak dikenal oleh rakyat. Cara-cara
baru ini benar-benar mendapatkan hasil yang baik buat Nekolim dan
dengan biaya yang relatif sangat kecil. Cara ini dapat membingungkan,
karena rakyat tidak melihat secara langsung, rakyat tidak melihat secara
fisik datangnya penjajah. Yang dilihat langsung hanyalah akibat-akibatnya
dan antek-antek yang berupa bangsa awak. Menjadi tugas pejuangpejuang
Marhaenisme untuk membelejeti praktek-praktek Nekolim ini.





Praktek-praktek Nekolim harus dibelejeti di muka rakyat, rakyat harus
disadarkan akan lawannya. Rakyat harus digerakkan melawan musuhmusuhnya,
melawan tangan-tangan kotor yang berlumuran darah dan air
mata rakkyat.
Dalam tahap pertama Nekolim cukup menggunakan orang-orang
moderat, orang-orang yang kelihatannya agak progresif. Akan tetapi
terdiri dari orang-orang tolol, orang-orang yang tidak berpandangan jauh.
Ditempatkanlah pejabat-pejabat tidak pada fungsi yang tepat. Baik dalam
jabatan-jabatan pemerintahan, jabatan-jabatan pimpinan perusahaan
negara, jabatan-jabatan kedinasan negara maupun jabatan-jabatan
pimpinan massa/partai. Semuanya semaksimal mungkin terdiri dari
orang-orang yang tidak tepat dan terutama orang-orang vested interest.
Sehingga dengan mudahnya mereka-mereka ini dibawa untuk
menjalankan konsep-konsep Nekolim. Apalagi setelah tangan-tangan
Nekolim secara langsung maupun secara bertingkat mengadakan
penggarapan pada manusia-manusia kerdil ini. Tidak segan-segan
Nekolim sedikit menghambur-hamburkan harta kekayaan kepada antekanteknya.
Setelah antek-antek ini terbiasa dengan hidup mewah, dengan
sendirinya cara berpikir mereka sama sekali memihak kepada siapa saja
yang memberikan keuntungan pada pribadinya. Tanpa melihat
penderitaan dan ratap tangis rakyat. Dengan cara demikian Nekolim
mendapat legalisasi, mendapatkan ijin, mendapatkan persetujuan yang
“konstitutionil” untuk merampok kekayaan alam kita dan menindas rakyat
kita.
Sedangkan kepada rakyat diadakan penggarapan untuk
meninabobokkan, rakyat disuruh nrimo saja, rakyat dilarang berpolitik





untuk membutakan rakyat terhadap kekejaman-kekejaman yang dilakukan
oleh tangan-tangan Nekolim yang kotor berlumuran darah itu. Suara
rakyat dicatut dan disulap demikian rupa sampai menjadi keputusankeputusan
yang “Konstitutionil”. Sedang suara rakyat yang sebenarnya
dibungkam serapat-rapatnya.
Untuk menjaga kestabilan kekuasaan sistim Nekolim itu, maka
digunakanlah kekuasaan yang keras. Digunakan kekuatan-kekuatan
bersenjata untuk mencegah suara rakyat itu jangan sampai keluar dari
kerongkongannya yang kering. Pejuang-pejuang Marhaenis disumbat
mulutnya dengan ancaman bayonet dan gerbangnya penjara.
Penangkapan tanpa alasan hukum, penyiksaan dalam penjara terjadi di
mana-mana. Memang benar, hukum adalah hukumnya yang berkuasa.
Kekuatan-kekuatan pembela rakyat sama sekali tak diberi hak
berorganisasi, sehingga sangatlah sukar untuk menghimpun kekuatan
rakyat bagi pejuang-pejuang pembela nasib rakyat dan bumi pertiwi.
Dari praktek-praktek ini maka muncullah suatu kelompok baru dalam
masyarakat, yaitu kelompok yang menurut istilah harian KAMI dinamakan
golongan KABIR, atau Kapitalis Birokrat, yaitu golongan yang
mengagungkan birokrasi, yang menggunakan kekuasaannya untuk
memupuk kekayaannya. Penggunaan kekuasaannya untuk jadi
pengusaha. Singkatnya KABIR adalah penguasa pengusaha atau
pengusaha dengan kuasa.
Kabir-kabir inilah yang berpesta pora menikmati hasil penipuan,
pemerasan dan perampokan hak milik rakyat dan hak milik negara yang
dijadikan hak milik pribadi. Di samping menggenuki komisi-komisi dan
upah kerja sebagai antek-antek Nekolim. KABIR-KABIR ini pula yang





menjadi anjing-anjing penjaga perusahaan-perusahaan asing dan
membukakan pintu masuknya modal asing.
Akan tetapi operasi modal-modal asing itu di sini mengakibatkan pula
kehancuran pemilik – pemilik modal nasional. Pemilik-pemilik modal
nasional ini yang tidak atau kurang mendapatkan pembagian rejeki dari
hasil rampokan terhadap hak milik negara dan hak milik rakyat. Bahkan
sementara ini modal-modal mereka terpaksa gulung tikar, menghadapi
operasi modal asing. Oleh karena itu mereka yang membawakan aspirasi
ideologi liberal ini memberikan perlawanan kepada KABIR. Terjadilah
pertentangan antara Liberal Ideologis dan Liberal vested atau menurut
istilah yang banyak dikatakan, terjadi pertentangan antara “orba rationil
dan orba irationil”. “Orba rationil” ini dalam bentuknya diwakili oleh
KAMI – KAPI – KAPPI dan front Pancasila dan yang terakhir ini
menggunakan selubung kekuatan agama Islam.
Akan tetapi masa Marhaen dan terutama pejuang-pejuang Marhaenis
jangan diharapkan terlalu banyak dari pertentangan dua kekuatan ini.
Pertentangan mereka adalah pertentangan yang tidak antagonistis.
Kontradiksi ini adalah bukan kontradiksi pokok, kontradiksi ini adalah
kontradiksi tidak pokok. Kontradiksi ini adalah kontradiksi inherent,
kontradiksi yang memang selalu ada dan selalu dibawa sebagai kontradiksi
di dalam kekuatan-kekuatan liberal itu sendiri.
Bahwasanya keadaan kelemahan lawan ini pasti digunakan, memang
demikianlah cara perjuangan setiap macam kekuatan politik. Setiap
kelemahan lawan pasti digunakan, akan tetapi jangan mengharap-harap
hasil dari itu tanpa menyusun dan menggunakan kekuatan sendiri. Harus
diingat bahwa kedua-duanya adalah sama-sama antek Nekolim. Setiap





pertentangan mereka ini memuncak pastilah dalangnya, tuannya akan
campur tangan menghentikan pertikaian diantara sesama antek itu.
Demikian pula massa Marhaen dan Marhaenis-marhaenis jangan merasa
berbesar hati diberi sedikit kebebasan, kalau sebentar ini sedikit dirangkul
oleh kabir-kabir itu. Kabir-kabir itu sedikit mengulurkan tangan dengan
muka manis bukan tidak ada maksudnya. Kabir-kabir itu begitu mesra
kepada kita adalah untuk membuat kita menjadi alatnya. Kita akan
dijakdikan kuda tunggangan mereka. Kita akan dijadikan jago aduan
melawan liberal itu. Kita akan dijadikan bemper menghadapi kaum liberal
itu. Padahal lawan utama kita pada saat ini justru kaum kabir itu. Jangan
sampai kita terbius lupa akan lawan utama Rakyat ini. Pelaku-pelaku anti
demokrasi yang sekarang pura-pura memberikan kebaikan hatinya. Sekali
antek Nekolim tetap antek dan pasti licik. Mereka tetap punya pamrih
untuk itu semua. Awas hati-hatilah jangan sampai terbius dengan rayuan
palsu ini.
Menghadapi kenyataan-kenyataan ini pastilah ada orang-orang oportunis,
orang-orang plin-plan, orang-orang yang hanya memikirkan keuntungan
pribadi sendiri dengan menjual kawan dan menjual ideologi maupun
massanya. Orang-orang macam beginilah yang sangat berbahaya.
Berbahaya karena mereka ini adalah pengkhianat-pengkhianat perjuangan.
Berbahaya karena mereka sangat lihai menjilat sana dan merangkul sini.
C. SISTIMATIKA
Sesuai dengan metode-metode seorang Marhaenis berpikir maka sistiatika
pemikiran atau jalannya pemikiran ini sebenarnya juga sederhana saja.





Sederhana buat seorang Marhaenis, sederhana karena ini semua sekedar
melihat kenyataan-kenyataan secara obyektif dan menghubungkan
kenyataan-kenyataan itu. Kenyataan-kenyataan atau realita atau faktafakta
itu kita kumpulkan. Kemudian kita analisa, kita dapatkan
kesimpulan-kesimpulannya, lalu kita cari penyelesaiannya. Dari situlah
kita menyusun rencana-rencana perjuangan, dari situlah kita tentukan
derap langkah barisan pejuang-pejuang Marhaenis. Karena dari situlah
kita dapat mengetahui siapa kawan siapa lawan. Kita ukur kekuatankekuatan
kawan dan lawan.
C.1. Fakta – Fakta
Fakta-fakta yang kita lihat dan kita kumpulkan itu dapat kita kelompokkelompokan
menurut bidangnya masing-masing. Misalnya bidang-bidang:
Politik, Ekonomi, Kebudayaan, Sosial, Hankam. Nantinya akan dapat kita
lihat saling hubungannya diantara bidang-bidang itu. Apalagi setelah kita
susun menurut urut-urutan waktu, waktu dulu, kini dan yang akan datang
kemudian urut-urutan tempat, tempat lokal, nasional dan internasional.
Akan kita lihat kemudian saling hubungan antara masing-masing bidang
persoalan, saling hubungan antara waktu (sejarah) dan saling hubungan
antara tempat-tempat.
C. 2. Analisa
Setelah kita melihat fakta-fakta yang menjadi persoalan kita, menjadi tugas
kita untuk memahami atau menghadapi masalahnya. Tidak ada cara lain
kecuali kita harus mendalaminya untuk mendapatkan kesimpulankesimpulannya.
Kita cari sebab musababnya sampai terjadi suatu





persoalan. Kita cari akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh adanya
fakta-fakta atau persoalan-persoalan itu. Dan kita akan lebih berhasil bila
kita dapat memperkirakan terlebih dahulu akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh fakta-fakta tersebut. Dengan analisa ini kita akan mengetahui tujuantujuan
apa yang ingin dicapai oleh pihak-pihak yang terlihat dalam faktafakta
tersebut. Dengan analisa ini kita akan mengetahui tujuan-tujuan apa
yang ingin dicapai oleh pihak-pihak yang terlihat dalam fakta-fakta atau
persoalan-persoalan itu. Dengan pengertian-pengertian ini kita dapat
menyimpulkan siapa kawan dan siapa lawan.
Untuk lebih gamblangnya kita dapat buat sistimatika sebagai berikut:
a. Saling hubungan:
Kita lihat saling hubungan antara fakta-fakta tersebut. Apakah faktafakta
tersebut punya satu akibat yang sama dan punya sumber yang
sama.
b. Pihak-pihak yang terlibat:
Dengan melihat fakta-faktanya kita dapat melihat siapa-siapa saja yang
ikur berperanan dalam peraturan ini. Pihak-pihak mana saja yang ikut
berperanan dan berperanan sebagai apa. Siapa yang menjadi peranperan
utama atau sumber pokok dari persoalan.
c. Kepentingan masing-masing:
Pihak-pihak yang terlibat itu masing-masing punya kepentingan,
terutama kepentingan-kepentingan ekonomi. Dengan melihat
kepentingan-kepentingannya atau latar belakangnya kita sudah dapat
menilai siapa lawan dan siapa kawan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi cara berpikir seseorang:





Siapa kawan dan siapa lawan tersebut akan lebih kita yakinkan dengan
mengingat ke dalam caranya dia berpikir. Caranya dia berpikir tersebut
akan kita ketahui dengan melihat lima factor-faktor yang
mempengaruhi caranya seseorang berpikir. Di sini kita melihat siapa
lawan dan siapa kawan itu. Kawan dan lawan dalam arti strategistrategi
terbatas maupun dalam operationilnya.
e. Kesimpulan:
Sekarang kita sudah sampai pada kesimpulan dari seluruh analisa.
Kesimpulan-kesimpulan itu akan memberikan pada kita:
1. Fakta-fakta atau masalah-masalah mana yang sebenarnya
merupakan akibat, mana yang merupakan sebab dan mana yang
merupakan sebab pokok.
2. Posisi, fungsi dan kepentingan dari masing-masing pihak yang
terlibat.
3. Siapa kawan dan siapa lawan.
C.3. Gerakan Revolusioner:
Melihat hasil-hasil kesimpulan dalam analisaa tersebut, menjadi tugas dari
kader-kader Marhaenis untuk menyelesaikannya, menjadi tugas kaderkader
Marhaenis untuk menjebol dan membangun, mengkonsolidasi
seluruh potensi kawan dalam tahap perjuangan ini dan menghancurkan
lawan-lawan rakyat. Memang tidak ada sesuatu pihak yang mau
melepaskan hak-haknya dengan suka rela kemauannya sendiri. Kepada
mereka-mereka yang merugikan rakyat pasti harus dipaksa untuk
melepaskan keserakahannya. Dan untuk itu tidak ada cara lain kecuali
menyusun kekuatan, menggunakan kekuatan itu untuk membentuk
kekuasaan. Memang hakekatnya politik adalah kekuasaan. Siapa yang
berkuasa dialah yang menang. Oleh karena itu menjadi tugas kader-kader
Marhaenis untuk memenangkan rakyat. Memenangkan konsepsi-konsepsi
yang memihak rakyat. Konsep-konsep itu hanya dapat terlaksana dengan
baik bila dilaksanakan oleh kader-kader pelaksana yang cukup tangguh.
Untuk membentuk kekuatan itu pada saat ini dan sekaligus untuk
menghalangi kemajuan-kemajuan aksi-aksi lawan maka perlu kita
lancarkan 3 offensif :
a. Offensif Idiologis Marhaenisme.
b. Offensif Kader Marhaenis.
c. Offensif Persatuan Progresive Revolusioner.
Dan kepada rakyat umumnya kita mesti membentuk pendapatnya,
membangkitkan semangatnya untuk kemudian mengajak rakyat itu
berbuat dalam gerakan revolusioner ini. Massa yang sudah terbentuk
pendapatnya akan dapat mengambil sikap tegas dan kemudian bergerak
revolusioner. Dalam pengolahan massa inilah perlu kita pelajari:
a. Penyusunan kekuatan, dasar dan tujuan.
b. Massa aksi dengan gymnastik revolusioner.
c. Berdikari yaitu percaya pada kekuatan sendiri.
d. Konfrontasi terhadap lawan buat menyadarkan massa dan tidak
membingungkan rakyat.
e. Radikalisme yaitu menjebol sampai akar-akarnya dan membangun
dasarnya.
Dibekali dengan semangat yang tinggi kita yakin bahwa tujuan kita pasti
tercapai. Tujuan kita sejalan dengan arusnya sejarah. Kita cinta
perdamaian tapi kita lebih cinta kemerdekaan!!! Kita pasti menang!!!
Tuhan bersama kita !!! M e r d e k a !!!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

KASKUS
https://www.kaskus.co.id/thread/5a615bb6d9d770a7138b4567/terkait-dugaan-korupsi-unesa-mahasiswa-minta-kejaksaan-profesional/
Terkait Korupsi di Unesa, Kesatuan Aksi Mahasiswa Minta Kejati Jatim Profesional
alt
Sehubungan dengan tindakan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur (Kejati Jatim), terkait pengusutan dugaan korupsi ratusan milyar di Universitas Negeri Surabaya yang dilakukan oleh jaringan koruptor Uninteruptable Power Supply (UPS) DKI Jakarta, KAMUS - Kesatuan Aksi Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya menyampaikan pernyataan sikap yang intinya sebagai berikut:

1. Jika memang ada korupsi di kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), hendaknya diusut secara professional.

2. Kalau pengusutan memang infonya sudah diselesaikan secara kekeluargaan janganlah terus menerus memanggil pimpinan kampus untuk diperiksa di kantor kejaksaan. Dan oknum kejaksaan yang datang ke kampus atau memanggil pimpinan kampus ke kantor kejaksaan selalu bergantian. Ini bisa menimbulkan perasaan seperti diteror

3. Apalagi infonya untuk penyelesaian secara kekeluargaan itu pimpinan kampus telah mengeluarkan pengorbanan waktu, tenaga dll.

4. Karena pengorbanan yang banyak untuk penyelesaian kasus secara kekeluargaan tersebut, mahasiwa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) khawatir proses belajar mengajar tidak bisa berjalan secara maksimal

5. Sebaiknya yang dipanggil kejaksaan dan diperiksa itu adalah para pengusaha yang melaksanakan pekerjaan yang infonya adalah perusahan2 yang mengerjakan proyek UPS di DKI Jakarta. Karena merekalah yang untung besar dari pekerjaan dengan indikasi mengirim barang2 yang kualitasnya jelek tapi dihargai mahal. Jika pun ada oknum pimpinan kampus yang dituduh mendapat fee, tentulah itu cuma sedikit. Dan pimpinan kampus tidak tahu kalau ditipu oleh para pengusaha tersebut, yang ternyata kemudian terbongkar bahwa mereka adalah merupakan suatu komplotan.

6. Oleh karenanya lebih tepat jika yang diusut dengan tuduhan korupsi adalah komplotan para pengusaha tersebut, sedangkan pimpinan kampus hanya jadi korban penipuan dari komplotan tersebut

Demikian isi surat dan pernyataan sikap dari KAMUS - Kesatuan Aksi Mahasiswa Universita Negeri Surabaya kepada Kejaksaan Tinggi Jawa Timur yang ditembuskan kepada Jaksa Agung, Komisi Kejaksaan dan beberapa Lembaga Tinggi Negara, yang juga disebarkan pada media.

Isi pernyataan yang ditandatangani oleh Achmad Baidowi dan M. Gufron, ketua umum dan sekretaris KAMUS yang dibagikan melalui WA 081335615864 ini, sudah disesuaikan oleh tim editor, demi kepantasan bahasa agar tidak terlalu vulgar, dengan tanpa mengurangi makna dari pernyataan tersebut