Rabu, 08 Agustus 2012

Sekilas Tentang Merensi

Kata resensi berasal dari bahasa Belanda recensie. Orang Belanda mengambil kata tersebut dari Bahasa Latin recensere, yang bermakna memberi penilaian. Dalam Bahasa Inggris digunakan review untuk mengupas isi buku, pertunjukan musik, seni tari, seni lukis, film, drama dan sebagainya.

Dari asal kata di atas, resensi buku dapat dipahami sebagai langkah memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, memberikan ulasan, membahas, mengkritik ataupun meringkas. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku ialah untuk menginformasikan apa saja yang termuat dalam buku itu secara sekilas kepada orang lain.

Di dalam prakteknya, khususnya di media massa, resensi buku lebih banyak dimanfaatkan sebagai suatu cara memperkenalkan atau mempromosikan buku-buku baru dari penerbit kepada masyarakat umum melalui media cetak.

Istilah resensi buku di beberapa koran atau majalah, sering diganti dengan penyebutan lain, yang intinya tetap sama, seperti: apresiasi buku, info buku, bedah buku, tinjauan buku, timbangan buku, rehal, maktabah, sorotan buku, ulasan buku, berita buku dan sebagainya.

Tujuan Resensi

Tujuan dari kehadiran rubrik resensi pada media massa lebih lanjut ialah:

1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam buku.

2. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau masalah yang muncul dalam sebuah buku.

3. Memberikan pertimbangan kepada pembaca, apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

4. Menjawab pertanyaan yang muncul jika seseorang melihat buku baru terbit, seperti: Siapa pengarangnya? Mengapa ia menulis buku itu? Apa pernyataannya? Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang ditulis penulis lain? dan sebagainya.

5. Agar pembaca memperoleh bimbingan dalam menilai buku-buku.

6. Agar setelah membaca resensi, pembaca berniat membaca atau mencocokkan seperti apa yang telah ditulis dalam resensi.

7. Bagi yang tidak ada waktu untuk membaca buku, ia dapat mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.

Tipologi Resensi

Ada beberapa tipe resensi buku, yang semuanya bertujuan menginformasikan isi buku tersebut. Masing-masing resensi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Tipologi resensi tersebut ialah:

1. Meringkas. Setiap buku tentu memaparkan berbagai macam persoalan. Dan dari sekian persoalan yang ada dalam sebuah uraian yang ada dalam sebuah buku, dapat diringkas menjadi uraian yang padat dan jelas.

2. Menjabarkan. Adakalanya sebuah buku sangat sulit dipahami oleh kaum awam, seperti pada buku-buku jenis terjemahan atau disiplin ilmu tertentu. Maka tugas peresensi di sini adalah menjabarkan muatan isi buku tersebut sebisa mungkin. Hal tersebut memang tidak mudah. Untuk itu tidak bisa gegabah dengan menganggap mampu pada buku yang berada di luar bidang keilmuannya. Bilapun akan dicoba juga, maka ia hendaknya meminta bantuan komentar kepada yang dipandang ahli di bidangnya.

3. Menganalisis. Resensi jenis ini, lebih berupa memberikan analisa atau ulasan terhadap segala aspek yang ada dalam buku tersebut. Mulai dari metode penulisannya, cara pemaparannya, maupun materi atau isinya. Dengan demikian, seorang penulis resensi buku jenis ini membutuhkan seperangkat wawasan keilmuan yang cukup luas dan dalam serta memadai berkaitan dengan buku yang diresensinya. Tanpa itu, sulit suatu resensi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

4. Membandingkan. Dapat juga meresensi dilakukan dengan cara membandingkan dengan buku-buku sejenis yang pernah ada. Buku yang terbit belakangan dapat diperbandingkan, baik dalam hal materi, penampilan data, cara pemaparan, teknik penulisan dan sebagainya. Di samping ia juga menyebutkan kekurangan dan kelebihan buku tersebut dibandingkan buku-buku yang lainnya. Dengan demikian akan terlihat jelas kualitas masing-masing buku tersebut.

5. Memberikan penekanan. Buku-buku bunga rampai atau kumpulan tulisan, dapat diresensi dengan cara ini. Karena begitu banyak masalah dan kadang sejumlah masalah tersebut, ditulis oleh banyak orang, sehingga membuat penulis resensi sulit menentukan maslah mana yang perlu ditonjolkan. Untuk itu perensensi dapat mengambil benang merah di antara tulisan-tulisan tersebut, kemudian dipadukan dengan pendapat tokoh-tokoh yang sudah punya nama di antara penulis yang ada.

Secara umum dari beberapa tipe diatas, dapat dibagi hanya menjadi 3 tipe yaitu; deskripsi-argumentatif, deskripsi-evaluatif, dan deskripsi-komparatif.

Teknik Menangkap Inti Buku

Prinsip meresensi buku adalah mencari tema pokok dari buku itu. Teknisnya, dengan cara memberi uraian dalam bentuk ringkasan, ulasan, atau kajian dari setiap persoalan yang berkaitan erat dengan tema buku itu.

Keragaman dan jenis buku sering menjadi sebab seorang penulis resensi gagal, karena tidak berhasil menemukan temanya. Agar tidak demikian, maka sebelum meresensi yang perlu dilakukan adalah memahami buku tersebut dengan cara membacanya, dengan pembacaan sesuai dengan kebutuhan.

Hal-hal mendasar perlu dibaca ialah;

  1. Kata pengantar dan pendahuluan
  2. Daftar isi
  3. Ringkasan buku yang biasa terdapat pada bagian belakang
  4. Catat hal-hal yang dianggap penting
  5. Dirumuskan dalam suatu alur penulisan yang baik
  6. Teknik penyajian resensi buku.

Teknik Menyusun kerangka Resensi

Dalam penyajian karya resensi, penulis perlu memahami unsur-unsur pembangun resensi buku. Unsur-unsur tersebut merupakan penentu bagi sajian sebuah resensi, namun kerangka ini tidaklah harus menjadi sesuatu yang harus, tetapi hanya sebagai kerangka umum. Terkadang peresensi mempunyai teknis ataupun kerangka sendiri dalam penyusunan dan penulisan resensi.

a. Judul resensi. Judul resensi sebaiknya dibuat secara menarik serta benar-benar menjiwai seluruh isi tulisan atau inti tulisan. Ia tidak harus ditetapkan terlebih dulu, sebab ia dapat dibuat atau diperbaharui setelah seluruh tulisan resensi selesai dibuat.

b. Menyusun data/identitas buku. Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

1. Judul buku (jika terjemahan, tulis judul aslinya)

2. Penulis (jika terjemahan, baik juga ditulis penterjemahnya, editor atau penyuntingnya)

3. Penerbit

4. Tahun terbit, beserta cetakannya

5. Tebal buku (berapa halaman)

6. Harga buku (jika diperlukan)

c. Membuat lead (pembuka). Pembuka dapat dimulai dengan:

1. Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperolehnya

2. Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik yang ditulis oleh penulis buku tersebut maupun oleh penulis lain

3. Memperkenalkan kekhasan penulisnya

4. Memaparkan keunikan buku

5. Merumuskan tema buku

6. Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku

7. Mengungkapkan kesan terhadap buku

8. Memperkenalkan penerbit

9. Mengajukan pertanyaan

10.Membuka dialog

d. Isi atau tubuh resensi. Isi atau tubuh resensi biasanya dapat dibangun oleh:

1. Sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis

2. Ulangan singkat buku dengan kutipan secukupnya

3. Keunggulan buku

4. Kelemahan buku

5. Rumusan kerangka buku

6. Tinjauan bahasa

7. Tinjauan penulisan

e. Penutup resensi buku. Bagian penutup resensi, biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Untuk siapa yang dimaksud menjelaskan kalangan pembaca mana, serta alasan pengkategorian tersebut. Dan terkadang peresensi menyelipkan Snaper (Kata, bahasa, ungkapan, pernyataan mengejutkan).

10 tips di bawah ini semoga membantu kita yang hendak meresensi buku:

Pertama, memilih buku

Memilih buku memang gampang-gampang susah. Tapi pilihlah buku yang disukai. Dengan begitu kita akan lebih bersemangat untuk membaca dan membuat resensi. Ibarat memilih makanan – memilih buku juga begitu. Jika Anda suka membaca karya-karya fiksi, tentu akan mogok jika diberikan buku-buku ekonomi atau sains. Demikian pula, jika Anda menyukai buku bertema non fiksi seperti memoar, akan susah dipaksa membaca buku anak-anak. Jadi, pilihlah buku yang sesuai dengan minat dan meresensilah.

Kedua, beli buku – jangan pinjam

Seorang teman berkata, orang paling bodoh sedunia adalah mereka yang senang meminjamkan buku. Usut punya usut, buku teman ini banyak tak kembali setelah lama dipinjam sejawat yang lain. Saya sependapat. Kalau hendak meresensi, beli, jangan pinjam. Dengan membeli, koleksi buku kita bertambah. Saat kita hendak menggunakan, tinggal ambil di lemari perpustakaan pribadi. Kalau meminjam, pasti repot. Mau membaca, mesti meminjam. Apalagi kalau dipinjam untuk diresensi, lebih ruwet lagi. Jadi, belilah buku. Itu investasi buat kita. Buku adalah gudang ilmu kalau kita membacanya.

Ketiga, cantumkan data buku

Data buku yang dimaksud adalah: judul buku, penulis (jika buku terjemahan, tuliskan judul asli dan penerjemahnya), penerbit (dan kotanya), waktu terbit, jumlah halaman, dan jika perlu juga cantumkan harga buku.

Keempat, selesaikan membaca

Peresensi yang baik selalu membaca semua naskah di dalam buku. Dengan membaca seluruhnya, kita akan mendapatkan gambaran yang utuh tentang isi buku. Kesimpulan buku bisa kita buat karena kita memahami perpaduan antarbab. Mau meresensi tanpa mengkhatamkan bacaan? Saya sarankan jangan. Justru kenikmatan kita yang pertama ialah saat kita menikmati baris demi baris, kata per kata, kalimat per kalimat, sebelum kita meresensi. Dengan membaca utuh, kita bisa meresensi dengan baik. Semua hal dalam buku bahkan kita ceritakan ulang dengan gaya bahasa sendiri.

Kelima, Judul dan Paragraf Pembuka

Pentingnya judul resensi seperti pentingnya penunjuk arah dalam rambu lalu lintas. Judul adalah pintu pembuka seorang pembaca untuk masuk dalam tulisan kita. Begitu juga paragraf pembuka mestilah memikat. Paragraf pembuka, dalam hal ini, adalah pengait pertama dan utama agar pembaca penasaran. Paragraf pembuka yang buruk membikin kita malas baca. Padahal resensi yang baik adalah memiliki pembuka yang bagus. Maka cari apa yang paling menarik dari buku itu yang perlu diletakkan di paragraf pembuka.

Keenam, tandai bagian yang penting

Buku yang baik itu tak mesti mulus terus. Kadang kita mesti memberinya dengan tanda khusus, bisa dengan bolpoin atau spidol. Bagian yang penting kita tandai dengan stabilo. Bisa juga dengan menuliskan catatan kaki di lembar buku. Ini akan memudahkan kita memaknai maksud dari buku itu.

I agree, asal buku yang mau dicorat-coret bukan buku pinjaman. Kalau berhasrat pengen corat-coret – lakukan di notes tersendiri – gak mungkin deh seorang peresensi/ penulis/ calon penulis gak punya notes :) or tempelin post-it, saya suka menandai halaman yang menarik dengan post-it warna warni, karena mencoreti buku dengan stabillo, meski itu buku sendiri rasanya gimana gitu, gak nyaman aja, lain soal kalau itu buku-buku pelajaran, hehee..

Ketujuh, tulislah plus-minus buku

Biasanya yang kita tulis dalam resensi ialah keunggulan, keunikan, dan kelemahan. Supaya gampang, bikin separuhnya yang plus, sebagian lagi yang minus. Persentasenya tak mutlak begitu, bahkan dalam beberapa kali pengalaman, minusnya jauh lebih sedikit. Lantas, apa saja yang bisa ditulis itu? Karanglah soal isi buku, menarik tidaknya, bahasanya gampang dipahami atau malah rumit, pengaturan bab per bab.nya sudah oke atau belum, font huruf.nya enak dibaca atau terlalu kecil. Bisa juga soal konteks isi buku dengan fenomena sekarang, sejauh mana buku ini memberikan pengaruh, dan sebagainya. Kadang, buku yang diresensi cuma menjadi “cantelan” dari sebuah peristiwa yang sedang hangat dibicarakan. Contoh, kita memiliki gagasan soal isu terorisme, dan kebetulan kita menemukan buku soal itu. Ide kita bisa dikomparasi dengan konten buku. Ini akan mengayakan artikel resensi yang kita tulis.

Kedelapan, ulas penulisnya

Yang barangkali jarang disinggung penulis resensi ialah tak mendedahkan si penulis buku dalam artikelnya. Padahal, ini juga bagian yang menarik. Bahkan, bisa jadi kalimat awal tulisan resensi kita malah berkenaan dengan penulisnya. Apakah penulis itu tersohor atau baru mentas, tidak penting. Latar belakang penulisnya tetap saja menarik. Sebab, dialah yang menjadi aktor atas lahirnya sebuah karya intelektual bernama buku. Motivasi sang penulis, suka-duka saat akan menerbitkan, proses kreatif menulis buku adalah menarik untuk ditimbang atau diulas. Kalau ini kita lakukan juga dalam resensi, pembaca resensi bakal mendapat informasi yang kaya.

Kesembilan, panjang pendek tulisan

Panjang dan pendek juga perlu diperhatikan dalam penulisan resensi. Kalau menulis di surat kabar harian atau majalah berita, biasanya maks. 900 kata diketik di MS Word atau 2.5 halaman satu spasi. Jika menulis di jurnal ilmiah, bisa sampai 20 halaman. Jika menulis di internet tentu lebih pendek sekitar 600 kata atau 1.5 halaman kwarto

Kesepuluh, last but not the least

Setelah tulisan selesai dibuat, judul sudah mantap, editing sudah oke, jangan lupa dilampirkan hasil pemindaian (scan) sampul buku. Kalau masih ada lampirkan pula nota pembelian bukunya. Kadang, ada redaktur yang cerewet sampai urusan nota pembelian buku. Nota ini juga discan supaya bisa dilampirkan di surat/ email bersamaan dengan naskah resensinya.

Sumber 1

Sumber 2

Tidak ada komentar: